Rabu, 22 Januari 2014

Contoh CERPEN "TEKA TEKI CINTA"

Cerpen atau sering di sebut dengan Cerita Pendek adalah Cerita yang di baca pada satu kali duduk.
biasanya cerpen harus terdiri dari atau mempunyai sekurang-kurangnya 10.000 kata. Cerpen juga dibuat kurang lebih 3 sampai dengan 10 lembar. alur yang digunakan pada Cerpen harus lah Alur tunggal,bukan hanya alur tunggal saja namun Cerita harus jalan terus yang dimaksudkan jalan terus yaitu disaat kita membuat cerpen tidak usah bertele-tele #aduhbahasanya atau gini Konflik dibiarkan dan teruskan alur cerita. *Mungkin seperti itu*. dan yang tidak kalah pentingnya adalah adanya tokoh dalam cerita. didalam Cerpen tokoh dilukiskan secara singkat saja, tidak usah dicari latar belakangnya, misal begini: memperkenalkan tokoh seperti status sosial,anaknya siapa,punya saudara berapa dll. tidak usah menjelaskan secara detail karena ini Cerpen. namun kemungkinan latar belakang lebih digunakaan pada saat membuat novel.

Ini adalah salah satu Cerpen karya saya, yang belum pernah saya posting :) ya karena memang ini postingan pertama saya.



TEKA TEKI CINTA

Hujan baru saja berhenti, bulir bulir air masih terlihat di ujung-ujung daun. genangan air jelas tampak pada setiap jalan. aku terus berjalan menyusuri setiap jalanan yang nampak begitu ramai, hanya dengan sebuah payung ini aku masih dalam keadaan kering, walaupun beberapa menit yang lalu hujan turun dengan lebat. disamping jalan, aku melihat sosok pemuda yang tidak asing bagiku. jarang memang aku melihatnya namun siapa yang tak kenal dia! dia seorang yang baik hati, dan juga tampan. karena ketampanannya lah banyak perempuan rela mengantri untuk menjadi pacarnya. Dia menatapku lekat-lekat mencoba mengenaliku. aku terdiam ditempat seraya menatap dia yang sedang memperhatikanku begitu detail. 5 menit tidak lama memang, dia mencoba berjalan mendekatiku. aku masih tetap sama berdiri bagaikan patung dengan sebuah payung yang sedang aku gunakan. langkahnya begitu dekat dan semakin dekat. kini pemuda tampan dan berpostur tinggi itu sudah berada di depanku dan menyapaku.
“Hai~ Nayla kah?”sapanya begitu sopan.
“ah, Hallo apa kabar kak Reza”balasku menyambut sapaanya yang begitu indah untuk dikenang. haha karena memang tak semua mendapatkannya
“kakak sedang apa disini? bukankah rumah kakak ...”Lanjutku kemudian. namun perkataanku belum selesai sepenuhnya karena pemuda tampan yang bernama Reza itu memotong dengan mudahnya
“aku harus bertemu dengan seseorang disini”jawabnya tersenyum lebar. tak lama kami berdiam di tempat, akhirnya aku dan Reza berjalan menuju sebuah bangku yang tak jauh dari sebuah toko Roti. Karena kini hujan sudah tidak turun lagi aku memutuskan untuk tidak menggunakan payungku. dalam keadaan berjalan tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutku dan juga Reza. yang terdengar hanyalah suara kendaraan yang berlalu lalang dan suara kaki yang berjalan.
“lalu mengapa kau sekarang disini Nayla? bukankah hujan baru saja turun?”keheningan diantara kami berdua pun terpecah.
“aku hanya ingin berjalan-jalan saja. lagi pula dirumah tak ada yang harus aku kerjakan”jawabku seraya duduk dibangku.
Rezapun mengikutiku, ia juga duduk dibangku seperti yang aku lakukan. “rumahmu berada disekitar sini?”tanyanya dengan ekspresi terlalu datar
“ya begitulah. kakak mau mampir dulu kerumahku? tak begitu jauh dari sini, hanya banyak gang yang harus kakak lalui”ucapku tersenyum lebar.
“lain kali mungkin. mau berapa banyak gang pun kalau ada niatnya pasti nyampe kok”jawabnya begitu santai. jarang sekali aku bercakap cukup nyaman dan santai seperti ini, biasanya aku dan Dian berbicara tak sesantai dan senyaman ini, malahan dia selalu membuatku kesal. dari jauh nampak seorang Gadis melambaikan tangan kearah kami, aku rasa dia melambaikan tangannya kepada Reza. dia gadis yang cantik benar-benar cantik. Dan dia terlihat seperti seniorku namun sepertinya berbeda sekolah.
“itu teman kakak? wah someone yang ditunggu udah datang. kalau begitu aku pamit pergi dulu ya kak”pamitku beranjak berdiri dari dudukku dan berniat untuk melanjutkan jalan-jalan sebentar yang sempat tertunda.
“bergabung saja dengan kami Nay! kami tidak keberatan kok”
“tidak usah. terimakasih, nanti malah akunya jadi ganggu acara kakak sama pacarnya. kalau begitu aku pergi dulu ya kak”ucapku kemudian berjalan menyebrangi Zebra Cross yang kebetulan juga letaknya tak jauh dari bangku yang aku duduki tadi.
aku melihat sekilas Reza nampak menggelengkan kepalanya, ntah apa yang dia maksudkan atas kepalanya yang bergeleng. Aku benar-benar tidak memahaminya
***
    Aku membuka mataku di sinar mentari pagi, melirik kearah jam dinding berada PUKUL 07:00 pagi! Aku telat bangun sekarang, untuk sampai di sekolah tepat waktu hanya tersisa 15 menit? Sedangkan aku berjalan memerlukan waktu 20 menit untuk bisa sampai di sekolah. Sedangkan aku juga harus mandi. Oh tuhan! Hari ini aku sudah benar-benar terlambat untuk masuk sekolah. Aku yakin Ibu Rena sudah berada di depan gerbang yang telah tertutup rapat sebentar lagi.
    10 menit aku gunakan untuk bersiap-siap dan kemudian berangkat pergi. Ayah dan juga Ibu nampaknya telah berangkat bekerja sedari tadi. 5 menit    ! aku yakin bel sebentar lagi berbunyi sedangkan aku masih berada di dalam rumah dan keluar untuk mengunci pintu rumah agar tak ada maling yang masuk.
***
“maaf bu... Tadi saya habis jatuh dari tangga. Masa iya ibu enggak percaya sama saya sih?”
“kau kan sering berbohong! Mana mau ibu dikibulin lagi sama kamu.”
“ih... kapan aku bohong si bu? Aku kan anak rajin dan soleh pula, mana bisa aku bohong”
“halah! Tempo hari kau membohongi ibu. Katanya kakek kamu terserempet kendaraan tapi setelah ibu tanya ke orang tuamu Kakek mu itu sudah meninggal 2 tahun yang lalu. Jadi sekarang mending kamu pulang saja sana”
“hos.. hos.. hos... bu saya telat! Boleh deh tambahin poinnya asal boleh masuk”ucapku sedikit berteriak dengan suara tersengal sengal.
“tumben telat Nay”
“bangun kesiangan Bim”jawabku
“gue yakin lo gak bakalan dibolehin masuk, liat aja gue! dari tadi gue kgk dibolehin masuk. Sumveh”bisik Bimo yang ternyata sudah didepan gerbang sekolah cukup lama dan belum diperbolehkan masuk. Ya sepertinya si Bimo sering berbohong jadi jarang guru yang percaya.
***
    Aku bergegas masuk kedalam kelas, susah memang untuk menjelaskan bagaimana caranya aku masuk dengan selamat tanpa ada cakaran ataupun noda diseragamku. Kelas masih sangat ramai sepertinya guru belum masuk kelas atau memang tak ada pelajar pagi ini.
“Nay!”panggil Hana teman sebangkuku. Aku mengambil nafas panjang dan berusaha tak menjawab sapaan Hana yang sudah sering aku dengarkan tiap pagi. Kali ini wajah Hana nampak berbeda dari hari hari yang lalu. Wajahnya bersinar penuh harapan, sepertinya dia akan berbicara banyak pagi ini.
“Nay! Apa kau kemarin bertemu dengan kak Reza? Senior kita kelas XII itu!”tanya Hana. Aku tersentak kaget. Darimana bocah ini tau kalau kemarin aku tak sengaja bertemu denga Reza? Pikirku.
“ya”jawabku singkat dan menaruh ranselku dikursi
“wah beruntung sekali kau Nay. Lalu apa kau meminta nomor ponselnya? Aku minta kalau kau benar-benar mendapatkannya”Hana mulai berbicara banyak sekarang. Mengapa dia begitu terobsesi dengan Nomor ponsel dan juga Orang tampan? Wajar memang jika perempuan berperilaku seperti itu tapi Hana sudah over=_=
“tidak”
“apa maksudmu tidak? Kau tidak meminta? Dasar bocah bodoh! Ishh apa kau tak memiliki ponsel hah? Lalu uang yang diberikan orang tuamu kau kemanakan? Nay ayolah! Jangan berubah jadi lady gaga yang penuh kejutan!”Hana berbicara seperti nenek nenek tua. Nenek gayung  lebih tepatnya mungkin. yang lebih tenar di jaman sekarang.
“kau cerewet seperti nenek nenek. Lalu kau tau darimana kalau kemarin aku bertemu dengan kak Reza? Kau sedang tidak menguntitku kan Han?”ucapku menatap tajam mata Hana.
“aku,, aku.. aku tak sengaja melihat kalian berdua saat aku sedang menemani Ibuku membeli roti”jawabnya gugup
“kau berada didalam toko roti? Lalu mengapa kau tak menghampiriku dan meminta nomor ponsel kak Reza sendiri? Kau malu?! Aishh sekarang kau yang pengecut!”ucapku dengan nada senang kali ini.
    Berada di kantin adalah sesuatu yang membuat semua pelajar senang, begitupun dengan Aku dan juga Hana. Aku dan Hana sudah seperti perangko dan amplopnya dimana ada Aku disitu ada Hana. Malahan banyak siswa mengira aku dan Hana adalah Kakak beradik. Mirip apanya coba dari segi Body? Kurusan aku dari segi wajah ya memang cantikan Hana sih tapi gimanapun kita itu gak ada yang sama semua berbeda. Mungkin mata mereka kena penyakit jadi gak bisa bedain.
    Duduk sendiri seraya membawa buku Insklopedia yang cukup besar. Dia terlihat sangat tampan bukan hanya tampan tapi, wajahnya membuatku terasa tentaram dan sejuk. Aku suka melihatnya setiap istirahat, duduk didepan kelas dengan wajah yang serius. Aku tidak mengingatnya lagi sebagai masalaluku, aku berkorban demi dia jadi tidak ada yang harus aku sesali. kadang Hana menanyakan sebenarnya mengapa aku berlama-lama diluar kelas hanya untuk menatap kutu buku? Aku hanya menjawab “dia sungguh mengagumkan”. Hana tidak begitu tertarik dengan kutu buku, walaupun kutu buku itu tampan. Setampan tampannya kutu buku menurut hana mereka tidak romantis dan mungkin hanya diam dan tak akan berbicara sama sekali.
“Hai. Nih teh botolnya. Lagi ngeliatin siapa sih? Serius banget”tanya Hana seraya membawakan tehbotolku yang hana pesan tadi. Aku hanya diam dan terus menatap sosok orang yang duduk sendiri di bangku sebrang.
“KUTU BUKU LAGI”teriak Hana.
“bukankah dia tampan?”gumamku yang masih terfokus pada pemuda yang sedang sibuk memainkan ponselnya
“tidak! Dan hey kemana buku tebaalnya? Apa dia ganti profesi menjadi kutu ponsel?”ucap Hana setelah tersadar bahwa dia tidak membawa buku tebalnya dan hana hanya melihat dia dengan ponsel. Ponselnya juga canggih keluaran terbaru
“hmm.. tidak tau”jawabku singkat dan membuat Hana berubah menjadi cemberut
***
    “mau pulang?”tanya seorang laki-laki yang mengenakan kacamata.
“kau melihatnya bukan? Dan sekarang mana buku tebalmu? Jangan-jangan kau buang begitu saja”tanyaku sambil terus berjalan keluar gedung sekolah dan menuruni anak tangga.
“BUKU? Aku tidak membuangnya. Aku hanya menyimpannya untuk waktu yang lama. Karena buku tebal itu sudah selesai aku pelajari. Ya... mungkin butuh yang baru”jawabnya yang sekarang berjalan bersama denganku
“Tunggu!”teriakku
“apa?”jawabnya
“Reza! Kak Reza itu bukannya kakak kamu Dy?”tanyaku kepada Ardy yang sering aku lihat di depan kelas dengan buku tebalnya
“jangan bilang! Mereka tidak tahu kenyataannya”bisiknya
“kalau begitu aku duluan ya Nay! Oh ya apa kau punya catatan Kimia? Boleh aku meminjamnya? Hanya 1 hari”ucapnya. Aku kemudian memberikan buku catatan kimiaku dan Ardy pergi pulang terlebih dahulu.
    Berjalan pulang kerumah, aku melewati berbagai rumah yang terlihat mewah dan terlihat nyamaan. Burung-burung gereja berterbangan dari atap rumah satu keatap rumah yang lain. Mendapatkan ketentraman hidup adalah dambaaan setiap orang. Tapi aku! Aku mendapatkan lebih ketentraman itu, hidup tanpa masalah adalah merasakan hilangnya sebagian dari jiwa. Aku berasa sendiri disini, orang tuaku berangkat pagi pulang malam mereka tak memiliki waktu sedikitpun untukku.
***
    Perasaanku kini berbeda untuknya. Dulu aku hanya menganggapnya sebagai seniorku dan tak berharap lebih untuk mendapatkan cintanya! Tapi saat aku sering bertemu dengannya perasaan itu menghapiriku tanpa mengucapkan “permisi”. Aneh memang, aku hanya menyukai Ardy! Tapi mengapa Ardy belum juga peka sama sekali enggak peka.
    Aku sedang duduk dikelas dengan Dian! Jujur enggak bakalan nyambung ngobrol sama Dian yang dibahas hanyalah Bola. Dari pertama kenal dan ngobrol sama Dian klo bukan ngobrolin bola Dian enggak bakalan nyambung, sama sekali enggak nyambung.
    “ian! Ardy bukannya sahabatnya kamu kan? Boleh gk si, aku minta nomor ponselnya”tanyaku dengan jelas dan pelan agar Dian benar-benar paham apa yang aku katakan.
“lo nanya nomor hpnya Ardy ke gue? Gk salah?! Gue mana punya tapi kalo lo nanya gue punya kaosnya Tim Chelsea? Gue punya ada dua lo mau?”jawab Dian. Lagi-lagi Bola! Iya bener kalo all about ball, Dian bakal punya! tapi kali ini aku hanya minta nomor ponselnya Ardy, dan dia bilang dia gk punya? Aku salah denger apa Dian yang pura-pura enggak punya.
“Ian! Dian. Masa kamu gk punya sih. Liat sini Hp kamu, kamu pasti lagi ngebohongin aku kan. Awas kalau kamu bohong. Aku enggak bakalan ngasih contekan kekamu ya!”ancam ku ke Dian. Dengan cepat dia mengambil ponselnya dan mengutak atiknya sebentar, jujur aku sedikit curiga hingga akhirnya aku ambil paksa Ponselnya dengan cepat secepat kilatan petir.
“ih... ronaldo aja gk secepet lo Nay!”ucap Dian. Lagi lagi pemain sepak bola -_-
“itu karena, aku lebih hebat jadi jangan samain aku sama pemain bola!”ucapku. setelah berucap kata dengan Dian yang bener-bener enggak nyambung aku terfokus pada ponsel milik Dian. Dan memang benar nyatanya enggak ada nomornya Ardy disitu.
“nih.. gk jadi”ucapku jutek kemudian meninggalkan Dian
“Lo suka sama Ardy ntar gue sampein deh Nay! Nayla. Dih tuh bocah, dibantuin malah gk balik badan terus bilang terimakasih. Untung lo itu sahabat gue kalo enggak!  Gue enggak tau deh”gerutu Dian dan kemudian mengembalikan ponselnya kedalam saku.
    Cukup lelah menyukai seorang Ardy selama 1 tahun. Dalam 1 tahun itu dia hanya nganggep aku sebagai temannya aja. Dasar cowok enggak pekaan banget.  Diam Diam Suka itu lebih menyakitkan dari pada blak-blakan. Namun kalau terang terangan sama aja cewek itu enggak  punya harga diri. Jadi Memendam perasaan dan menyembunyikan perasaan sendiri cukup lama adalah kelebihan seorang wanita.
    Sudah seminggu ini aku tidak melihat Hana. Aku juga tidak sempat bertanya kepadanya dimana sekarang dia dan sedang apa dia sekarang. Cukup bosan memang jika tidak ada Hana. Jika ada teman dan sahabat pun itu hanyalah Dian. Cowok yang diajak ngomong suka enggak nyambung babarblas.
“Ra... tau gk Hana dimana? Udah 1 minggu ini masalahnya dia enggak datang kesekolah”tanya ku kepada Rara sang ketua kelas
“aku juga gk tau tuh Nay. Bukannya kamu sahabatnya”namun apa yang terjadi. Ternyata Rara tidak tahu sama sekali.
“aku tadi liat Hana Nay! Tadi sih lagi diparkiran sekolah. Coba deh kamu cek kesana”sahut salah seorang siswi perempuan yang mendengar percakapanku dan Rara.
    Aku bergegas jalan dengan cepat menuju ke parkiran sekolah, berharap disana ada Hana. Di tengah tengah jalanku aku berfikir mengapa Hana bisa senekat ini membolos selama 1 minggu aku tak habis fikir. Kini aku sudah berada di parkiran sekolah, dan mencari cari sosok gadis berpostur cukup tinggi dan berwajah cantik, lebih cantik dariku pastinya. Aku tak melihat Hana diparkiran. Apa mukin dia langsung bolos sesudah berada di Parkiran? “iss... jika dia tak mau lagi sekolah mengapa dia takut untuk keluar dari sekolah?”ucapku seraya berbalik badan dan kembali menuju kelas “mau jadi apa anak itu? Ini semua gara2 temen cowoknya yang sok gaul itu. Padahal sebenarnya gk trendy-trendy amat-_-“”
“kau sedang berbicara dengan siapa nay?”tanya Reza mengagetkanku. Aku berbicara sendiri seperti orang kurang waras, ini semua gara-gara Hana.
“kak Reza? Tidak aku hanya sedang memaharahi Hana. Dia sudah 1 minggu membolos”ucapku kemudian berjalan dengan Reza yang sama sama akan menuju kelas
“dan dimana hana?”tanya Reza
“kak Reza yang benar saja! Hana baru saja pergi”ucapku sedikit membentak
“oh”ucapnya ber oh ria. “kalau begitu see ya Nay. Ardy mencarimu kemarin”pamit Reza kemudian berbisik bahwa Ardy mencariku. “yang benar saja Ardy mencariku? Ada apa? Kenapa?’batinku.

***
    Duduk didepan Kelas sendiri selama 1 minggu karena Hana Menghilang membolos, tak heran semua anak membicarakan aku mengapa aku selalu sendiri. Aku merasa kehilangan Hana, hana yang sekarang bukanlah Hana yang aku kenal dulu. Cukup lama aku melamun memikirkan Hana tiba-tiba Ardy dan Dian berada disamping kanan dan kiriku.
“NAYLA!”Teriak mereka berdua
“ah IYA!”kagetku
“kau sedang memikirkan Ardy ya? Bisik Dian tepat ditelinga kiriku”ucapnya. Oh sepertinya Dian sudah agak nyambung sekarang
“tidak”jawabku keras
“yang benar. ARDY ternyata Nayla tidak mencintaimu, jadi mungkin kemarin aku salah dengar ya. Benar begitu nay?”ucap Dian secara tiba-tiba dan cepat. Dia benar-benar anak yang songong! Dia mengadukan apa yang aku katakan kemarin.
Aku hanya memberikan respon datar dan tersenyum terpaksa diantara keduanya.
“aku juga mencintaimu Nay”ucap Ardy.
“WHAT!?”kagetku. tak sadar aku melonjat berdiri dari duduk ku. Apakah Ardy mengatakan yang sebenarnya? Dia mencintaiku? Benar benar mencintaiku?
“iya dia mencintaimu Nayla. Congrats piala emas ditanganmu nay”Ucap Dian, lagi lagi bawa Piala bola -_-“
“enggak bohong kan?”tanyaku meyakinkan Ardy yang sedang duduk dengan santai dan menatap ku penuh kebahagiaan. Ardy menggeleng, ini mimpi yang menjadi kenyataan dimana aku mencintai Ardy secara Diam Diam kini berbuah manis, dia mencintaiku Mencintaiku. HANA kau harus tau ini.
***
    Sekarang aku mempunyai buku baru yang artinya buku baru itu akan aku isi dengan hal-hal baru. Dan Hana kini juga telah kembali ke sekolah dia benar-benar kapok berteman dengan anak-anak sok gaul padahal gaul juga enggak. Hana berbuat sedemikian rupa karena Dia selalu di kengkang oleh orang tuanya. Dia seperti Robot yang harus selalu mematuhi orang tuannya, dia ingin mengatakan TIDAK LAGI! Dan beralih kedunia bebas, namun Dunia bebas adalah mimpi buruk baginya. Hana mulai berfikir dewasa dia lebih baik terus menjadi Robot, yang selalu mematuhi kedua orang tuanya.
    Cuaca tidak bersahabat pagi ini, aku harus rela berjalan beriringan dengan Hujan-Hujan yang turun lumayan Deras pagi ini. “coba saja ada seseorang mengajaku berangkat bersama dan hujan tiba-tiba berhenti”kini aku mulai berhayal. Mungkin saja Ardy menjemputku tapi MUSTAHIL dia berangkat dengan sepedanya, dan pastilah sulit untuk aku berangkat bersamanya. Dunia memang keras.
TIN TIN..... bunyi klakson terdengar sangat nyaring
“Nay... berangkat bersamaku?”ajak seseorang dibalik Helm yang dia kenakan
“kamu siapa?”tanyaku polos. Tiba-tiba hujan turun tidak begitu keras. Apakah tuhan mengabulkan doaku. OH GOD YOU ARE THE BEST AND ALWAYS MY ANGEL.
“kau tak mengenaliku. Aku REZA”Ucapnya. “what? Reza? “batinku
“ayo cepat naik”ajaknya kemudian menarik tanganku.
    Kini aku dan Reza sudah berada di Sekolah, dan berharap Ardy tak melihat dan berfikir negatif. “aku kekelas duluan ya kak”ucapku berpamitan. Namun sayang oh sayang. Reza menarik tanganku dengan cepat “Denganku”jawabnya singkat kemudian menarik kontaknya yang menancap di sepeda motor. Aku hanya menghela nafas panjang dan menuruti apa maunya.
“apakah Ardy sudah berangkat kak?”tanyaku tiba-tiba saat hendak berjalan menuju gedung sekolah
“mengapa kau menanyakan Ardy? Yang jelas sudah ada kau tak tanyakan?”ucap Reza.
“maksud kakak?”tanyaku syok. Sebenarnya apa yang dimaksud kak Reza. Dia tidak menyukaiku bukan.
“lupakan saja. Nanti pulang sekolah bersamaku ya. Aku tunggu di parkiran”ucapnya kemudian berbelok arah menuju kelasnya. Aku tidak memberikan Respon, ini sungguh aneh. Jika Reza menyukaiku bagaimana dengan Ardy? Apakah Ardy tak memberi tahu bahwa aku ini kekasihnya?, ishh apakah dia rela aku dirbut oleh Reza kakaknya sendiri.
***
    Naas sungguh naas aku tidak melihat sosok Ardy di kelas maupun di diluar. Namun mengapa aku tidak terlalu khawatir tentang keadaannya, apakah rasa sukaku kepadanya hilang? Secepat itukah? Aku benar benar menyukainya tp semenjak sering jalan bersama kak Reza akurasa aku sudah tidak perduli tentang Ardy. Namun saat kak Reza mengucapkan bahwa dia mencintaiku, aku menolaknya karena aku masih suka pada Ardy. TAPI mengapa begitu cepat perubahannya? Ardy menghilang. Kak Reza menjauh dan Hana? Belajar ! Dian masih sibuk dengan Bolanya. Aku merasa benar benar sendiri sekarang. Aku membutukan kak Reza sebagai tempat curhatku sama seperti aku lakukan 2 minggu yang lalu saat masih akur dengannya. APA? MEMBUTUHKAN REZA? Oh tidak! Aku sedang tidak jatuh cinta kepadanya bukan.
    Didalam kelas Hana sedang sibuk dengan beberapa koleksi jamtangannya, aku sengaja cepat-cepat menghampirinya. “Han. Kau lihat Ardy?”tanyaku kepada Hana
“Tidak. Coba kau tanya pada Dian”ucap Hana yang masih sibuk dengan jamtangan koleksinya yang baru saja dia beli dari Online Shop. Dengan cepat aku mencari Dian, Dian sedang tidak berada di dalam kelas sekarang jadi aku putuskan untuk mencarinya di halaman sekolah atau lapangan. Biasanya dia sedang bermain sepak bola bersama teman-temannya yang lain.
Aku menemukanya! Berada di kantin? OMG! “Dian... kau melihat Ardy? Sudah aku cari dikelasnya dan didepan kelas tp aku tidak melihatnya”ucapku to the point. “sudahkah kau cari dia di perpustakaan?”ucap Dian. “mengapa tak terfikir olehku? Thankyou”ucapku kemudian berjalan pergi menjuju perpustakaan.
    Cepat dan sedikit berlari. Aku segera menuju perpustakaan berharap Ardy disana. YA! Aku menemukan Ardy sedang duduk bersama kamusnya yang begitu tebal.
“Ardy.. aku cari kau dimana-mana”umpatku kepadanya
“lalu”katanya cukup dingin
“kau kenapa? Berubah seperti ini? aku tidak habis fikir”ujarku dan membuat Ardy menutup bukunya. Dia menatap mataku tajam tajam
“aku tau semuanya Nay    ! kau sering jalan dengan kakakku sedangkan aku kau abaikan. Apa pentingnya dia dimatamu? Dan disaat kakakku menyatakan perasaannya mengapa kau tolak? Hah! Aku butuh penjelasan itu sekarang”Ucap Ardy begitu keras, aku melihat wajahnya begitu serius aku mencoba mencari cari apakah dia bercanda atau serius. Dan kenyataanya dia benar benar serius kali ini.
“Itu...”aku takut mengukapkan apa yang sebenarnya yang sedang aku rasakan sekarang
“JAWAB NAY!”teriaknya. teriakannya cukup keras`sehingga siswa yang berada di perpustakaan terganggu dan menatap kami berdua secara bersamaan. Ardi menarik tanganku dengan kasar dan mengajaku pergi keluar dari perpustakaan menuju lapangan basket sepertinya.
***
“Aku juga sebenarnya tidak tau apa yang harus aku lakukan Dy! Aku merasa ini semua adalah salahku. Dan aku tidak bisa mengatasinya”air mataku kini mulai menetes
“kau dekat dengannya saat kita baru saja berpacaran. Kau lebih sering dengannya dibandingkan denganku! Aku sudah sabar dengan itu dan berharap kau akan lebih sering jalan denganku daripada denganya yang benar-benar bukan pacarmu sendiri.”emosi Ardy meluap. Baru kali ini aku melihat Ardy begitu Emosi
“Aku minta maaf”jawabku kemudian menundukan kepala tak sanggup rasanya menatap wajah Ardy yang penuh emosi.
“MAAF! Kata maaf aja enggak cukup Nay. Kau melukai hati aku dan juga kakakku. Aku berfikir sekarang dibalik wajahmu yang polos ternyata hatimu itu Iblis”kata Itu membuatku menjadi sangat syok
“Kau boleh menghinaku apa saja. Tapi tidak dengan kalimat itu! Kau salah menilaiku Ardy. Jadi selama ini juga aku tidak sadar telah mencintai 1 tahun dan tapi ternyata sifatmu sangat buruk didalamnya. Cukup sampai disini kau menginaku, kau boleh membenciku tapi INGAT! Butuh pengorbanan untuk mencintaimu selama 1 tahun. Dan anggap saja kita tidak kenal 1 sama lain sekarang”air mataku tak sanggup lagi aku bendung lama lama, aku berlari dari lapangan basket itu dan meninggalkan Ardy yang sedang mematung sendiri disana.
***
    1 tahun sudah kini... aku sekarang berada di kelas XI namun kenyataan pahit tersisa, aku harus tinggalkan sekolahan ini dan pergi keluar kota karena Ayah dan Ibu mendapatkan tugas disana. Aku tak ingin meninggalkan Hana tapi tuhan berkehendak lain. Dan disaat itu juga aku mulai menyukai sosok Reza yang sangat baik berbeda dengan Ardy. Namun Nasi sudah menjadi bubur dia telah memiliki Kekasih yang cantik dan gadis itu juga terlihat sangat ramah berbeda 90% denganku.
    Cinta tidak dapat kita susun seenaknya saja, Cinta juga tidak seperti List belanjaan yang tersusun Rapi tapi biarkanlah cinta berjalan dengan sendirinya, maka kebahagiaan lah yang akan kita dapatkan. Perasaanpun tidak dapat kita paksakan jika kita tidak menginginkannya. CINTA (Cerita Indah Namun Tiada Akhir).
END


Saya minta maaf jika Cerpen ini tidak begitu bagus :) dengan senang hati saya akan menerima semua kritik dan saran kalian.
semoga postingan ini dapat bermanfaat :)
Terimakasih^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar